November 28, 2009

Ujian Akhir Semester

Okey minggu depan tgl 30 November 2009 itu UAS, Ujian Akhir Semester.
Pas UAS, dibagi dua shift, shift pagi (jam 6.30 s.d. 10.30) dan shift siang jam dari jam 11 sampai jam 14.30-an.
Berhubung gue anak IPS, jadi gue masuk siang (enak kan? ahaha)


Yaudah deh... DOAIN GUE YA BIAR BISA MELALUI UAS DENGAN BAIK dan SEMOGA NILAI GUE GA MENGECEWAKAN BUAT GUE DAN ORANG TUA GUE :D

by blogy! WISH ME and you all LUCK! :D

"Roman Ketiga" by White Shoes & The Couples Company



One of my favorite song of WSTCC. Let's buffer and listen to the song :D

Marching Band

Hey folks.. Gue pingin ngebahas dikit nih tentang Marching Band. Dunia yang udah ngebesarin gue dan buat gue ngerti musik. Gue di marching band biasa main di Section perkusi sebagai snare player. Status belum terdaftar di MB manapun. Jadi kalau ada yang mau nawarin buat nge-MB, ayo gue terima :D


Marching band adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan marching band merupakan kombinasi dari permainan musik (tiup, dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari pemainnya. Umumnya penampilan marching band dipimpin oleh satu atau dua orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi atas lagu yang dimainkan, dan diiringi pula dengan aksi tari yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.

Marching band umumnya dikategorikan menurut fungsi, jumlah anggota, komposisi dan jenis peralatan yang digunakan, serta gaya/corak penampilannya. Pada awalnya marching band dikenal sebagai nama lain dari drum band. Penampilan marching band pada mulanya adalah sebagai pengiring parade atas perayaan ataupun festival yang dilakukan di lapangan terbuka dalam bentuk barisan dengan pola yang tetap dan kaku, serta memainkan lagu-lagu mars. Dinamika keseimbangan penampilan diperoleh melalui atraksi individual yang dilakukan oleh mayoret, ataupun beberapa personil pemain instrumen. Namun saat ini permainan musik marching band dapat dilakukan baik di lapangan terbuka ataupun tertutup sebagai sebagai pengisi acara dalam suatu perayaan, ataupun kejuaraan.

Komposisi musik yang dimainkan marching band umumnya bersifat lebih harmonis dan tidak semata-mata memainkan lagu dalam bentuk mars, ragam peralatan yang digunakan lebih kompleks, formasi barisan yang lebih dinamis, dan corak penampilannya membuat marching band merupakan kategori yang terpisah dan berbeda dengan drum band yang umumnya memiliki komposisi penggunaan instrumen perkusi yang lebih banyak dari instrumen musik tiup. Tipikal bentuk dan penampilan drum band yang paling dikenal adalah drum band yang dimiliki oleh institusi kemiliteran ataupun kepolisian. Adaptasi lebih lanjut dari penampilan marching band di atas panggung adalah dalam bentuk brass band.

SEJARAH

Marching Band bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain musik secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalananan waktu, marching band ber-evolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masa-masa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudian menjadi awal munculnya marching band saat ini.[1][2]

Meskipun pola marching band telah berkembang jauh, masih terdapat cukup banyak tradisi militer yang bertahan dalam budaya marching band, tradisi milter tersebut tampak pada atribut-atribut seragam yang digunakan, tata cara berjalan, model pemberian instruksi dalam latihan umumnya masih merupakan adaptasi dari tradisi militer yang telah disesuaikan sedemikian rupa.

Di Indonesia, budaya marching band merupakan pengembangan lebih lanjut atas budaya drum band yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi PDBI (singkatan dari "Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia") yang dibina oleh Menpora (singkatan dari "Menteri pemuda dan olah raga"). Marching band lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang, berbeda dengan drum band yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olah raga. Dalam perkembangannya, marching band di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan marching band menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan drum band.

ASPEK ASPEK PENAMPILAN

Aspek-aspek yang terkait dalam penampilan marching band pada dasarnya dikelompokkan dalam dua kategori utama, yaitu aspek musikal dan aspek visual. Pengelompokkan ini berpengaruh pula pada metode pelatihan pada proses penyiapan sehingga sebuah grup marching band siap tampil. Umumnya latihan atas masing-masing aspek tersebut dilakukan secara terpisah terlebih dulu sebelum digabungkan sebagai satu penampilan utuh.

Aspek musikal

Lagu-lagu yang dibawakan dalam satu penampilan marching band umumnya membawa satu genre yang sama atau merupakan kombinasi atas beberapa genre dalam satu tema yang sama, namun demikian genre yang dibawa dalam satu penampilan tiap-tiap marching band bisa berbeda-beda.

Secara struktural, umumnya karakteristik lagu-lagu yang dibawakan tiap-tiap marching band memiliki tipikal elemen yang sama. Bagian "pembuka" yang ditujukan untuk meraih atensi penonton, "solo perkusi" atau disebut dengan feature, "balada" yang menampilkan solo musik tiup bersama dengan solo perkusi, dan "penutup" sebagai puncak dari penampilan. Di masing-masing elemen tersebut sering pula diwarnai dengan variasi teknik permainan, termasuk didalamnya permainan tempo, birama, yang ditujukan untuk mendapatkan satu dinamika permainan yang lebih seimbang, serta sebagai wahana menunjukkan kapabilitas grup yang bersangkutan.

Aspek visual

Koreografi merupakan inti utama dari aspek visual dalam penampilan marching band. Di dalamnya melingkupi alur pola atas formasi baris berbaris yang digunakan, aksi-aksi tari yang dibawakan oleh para pemain bendera, gerakan-gerakan untuk menampilkan satu efek visual tertentu yang dilakukan oleh satu, sekelompok, atau seluruh pemain yang terlibat dalam formasi barisan. Seringkali penampilan marching band menggunakan aksesoris-aksesoris tambahan yang dimainkan oleh beberapa orang pemain untuk mendukung mendapatkan efek visual tertentu secara keseluruhan.


November 27, 2009

Sore



Sore atau Sore Ze band merupakan kelompok musik indie yang berasal dari Jakarta. Sore memiliki keunikan yaitu semua anggotanya bermain musik dengan kidal. Sampai saat ini Sore telah menghasilkan dua album studio dan beberapa kompilasi. Hits dalam album pertama yang berjudul "Centralismo" itu adalah "SomosLibres" dan yang di album kedua "Ports of Lima" adalah "Vrijeman".

Anggota Sore antara lain adalah Ade Firza Paloh (gitar, vokal), Awan Garnida (bass, vokal), Reza Dwi Putranto (gitar, vokal), Bemby Gusti Pramudya (drum, perkusi, vokal), Ramondo Gascaro (piano, keyboard, gitar, vokal). Semua anggota Sore ambil bagian sebagai vokalis dalam setiap album-albumnya.

Sore mempunyai genre yang unik dan menarik buat saya seperti Indonesiana Rock Revival, Collage Rock, Chamber Pop, Jazz, dan Pshycedelic.

White Shoes & The Couples Company "Road To USA"



It's a long, long way from Indonesia to the United States, but White Shoes & The Couples Company are well on their way to crossing the divide.

The Jakartan six-piece was formed in 2002 at the Jakarta Institute for the Arts, where three of the current members – frontwoman Aprilia Apsari, her boyfriend/guitarist Yusmario Farabi and guitarist Saleh – were studying fine arts. By 2004, they had added three more members, and those early days at school had played a crucial role in defining the sound of the band.

"The atmosphere in our college made the sound of White Shoes," says Saleh. "The way we dress, attitude, how we collaborate in our band artwork, and especially the sound."

"Back then we found a lot of old records," Farabi adds. "Many of them came from our senior colleagues who already left, but they forgot to take their stuff. It's amazing; some of them were still like new. We played them while we were working in the art studio, painting, printing and making other artwork.

"The major influence came from Indonesian movie soundtracks from the ‘70s, ‘60s and ‘50s," he continues. "And also Indonesian jazz musicians like Jack Lesmana Combo, Margie Segers, etc."

Add those inspriations to a love of Western music and you end up with a band that sounds something like a modern day Southeast Asian version of Burt Bacharach. White Shoes & The Couples Company specialize in gentle, retro love songs, dripping with strings and the soothing lull of "oohs" and "aahs." And while most of the songs are sung in the band's native Bahasa language, you'd barely notice thanks to their accessible melodies and vocal hooks.

It's an eclectic sound; one that has, against all odds, started winning them the attention of the Western music press. Allmusic named them one of "The 25 Most Crushworthy Bands of 2006" and Rolling Stone declared them one of the 25 best bands on MySpace that same year. With the buzz building, it wasn't long before Minty Fresh Records had signed them to an American deal and the six-piece was making the long trip from Jakarta to New York City for last year's CMJ Music Marathon.

Still, success outside Indonesia wasn't necessarily something the band was consciously aiming for.

"For me, yes," says bassist Ricky Virgana. "I really want to have great success outside my country. But as a band, with White Shoes & The Couples Company, we never think about that; it's too naïve."

Naïve or not, it's quickly becoming a reality. After having to cancel their planned appearance at this year's South By Southwest Festival in Texas (as yet another casualty of the Great Recession), the band have returned to the studio and plan to release their second full-length later this year. And if it's anything like their deubt, it's bound to bring Jakarta one step closer to the United States.

November 20, 2009

Placebo

Hey folks! yup ini dia salah satu band yang InsyaAllah mau gue tonton nanti...
so check this out their profle....

Placebo merupakan sebuah grup musik asal Inggris yang berasal dari London. Grup musik ini dibentuk pada tahun 1994. Anggotanya berjumlah 2 orang yaitu Brian Molko dan Stefan Olsdal. Album perdananya ialah Placebo dirilis pada tahun 1996.

Abum-album yang udah mereka keluarin sampai saat ini adalah Placebo (1996), Without You I’m Nothing (1998), Black Market Music (2000), Sleeping With GhostMeds (2006), dan yang baru mereka rilis pada bulan Juni 2009 yaitu (2003), Battle For The Sun.

Sedikit ulasan dari album Battle For The Sun, Dalam album ke-6 mereka Battle for the Sun, Placebo nyata-nyata semakin menegaskan jika mereka tak pernah berniat jatuh dalam bujuk rayu definisi musik populer, bahkan di tengah era yang serba pop seperti sekarang.

Hal ini langsung terasa dalam pemilihan sound yang kian berat, dark dan sangat bergantung pada riff-riff berdistorsi Molko. Ditambah lagi dengan kehadiran David Bottrill sebagai produser. Tanpa nama tersebut, Muse, Silverchair, Remy Zero serta Tool mungkin tak akan pernah sukses menterjemahkan aransemen experimental mereka.

Dibuka dengan single berjudul sama dengan album, Battle For The Sun, peran Steve Forrest sebagai drummer baru langsung terasa dengan triplet-triplet ganjilnya yang melatari suara pitch tinggi Molko, sementara Stefan Osdal konsisten dengan flat beat dengan setelan amplifier middle-treble.

Second single For What It's Worth, lebih mengedepankan perpaduan shynthesizer dan Springtime, sebuah eksplorasi sound berani dari Molko, karena Springtime yang merupakan gitar buatan Yuri Landman, masih dalam tahap percobaan, alias eksperimental. Namun hal tersebut tak sia-sia, karena nuansa post-grunge sangat terasa di track nomor empat ini.

Buat konser nanti, Java Musikindo mengakui kalau konser mereka bakal bikin konser Placebo "tidak biasa" karena dari pihak Placebo sendiri katanya bakal bawa peralatan panggung seperti tata lampu dll seberat 7 ton. Wah bisa dibayangin kan seheboh apa konser mereka? yang pasti, tunggu tanggal mainnya! haha :D

November 18, 2009

Jakarta Upcoming Events

Tahun 2010 nanti bakal ada banyak banget band dan event musik lainnya yang bakal digelar di Jakarta dan sekitarnya.

Here the list are :

1. BOYS LIKE GIRLS - Jakarta (Tennis Indoor Senayan), 25 Januari. HTM = Festival 350rb, Tribune 300rb

2. SAOSIN - Bandung (The Venue), 31 Januari. HTM = Festival 235rb

3. TRIVIUM - Jakarta (Tennis Indoor Senayan), 11 Februari. HTM = Festival 295rb, Tribune 245rb

4. PLACEBO - Jakarta (Istora Senayan), 16 Februari. HTM = Festival 595rb, Tribune 495rb (presale start on Nov 23 with Festival 475rb, Tribune 375rb)

5. JAVA JAZZ FESTIVAL - Jakarta (JCC), 16 Maret. HTM (presale via online) = per day 115rb, 3 days 287,5rb.

So, buat kalian yang pingin nonton, siap siap nabung deh ya terutama yang Placebo mahal bangeet haha..

source : Java Musikindo, Java Jazz 2010

November 16, 2009

The Third was The First

Hey Folks!

I move my blog from wordpress.
Actually is the same nick like this.
Just visit http://revember.blogspot.com

Thanks!